Pulang bersama senja
Di sebuah kota yang selalu sibuk, ada seorang pria bernama Putra yang setiap harinya tenggelam dalam keramaian tanpa benar-benar merasakan hidup. Kota ini penuh dengan hiruk-pikuk, namun di dalam hatinya, hanya ada kesunyian.
Putra adalah seorang pria berusia 25 tahun yang dulunya penuh semangat dan harapan. Selama lima tahun, ia menjalin hubungan dengan pacarnya, Sarah, yang kini berusia 23 tahun. Namun, hidup Putra berubah drastis ketika Sarah meninggalkannya untuk menikah dengan pria lain. Setiap sudut kota mengingatkannya pada kenangan bersama Sarah, membuatnya terperangkap dalam lingkaran kesedihan yang tiada akhir.
Setiap sore, Putra duduk di bangku taman di pusat kota, tempat favorit Sarah. Di sanalah, dia merenungkan makna dari kehilangan dan mencoba mencari jawaban atas pertanyaan yang selalu menghantuinya: mengapa Sarah memilih untuk meninggalkannya?
Putra mencoba berbagai cara untuk mengatasi kesedihannya. Dia membaca buku-buku filsafat, berjalan-jalan tanpa tujuan, dan bahkan mencoba berinteraksi dengan orang-orang baru di kafe dan perpustakaan. Namun, kesedihan tetap menghantuinya.
Pada suatu sore, saat senja mulai turun, Putra berdiri di jembatan yang menghadap ke sungai yang membelah kota. Dia menyaksikan pantulan cahaya matahari terbenam di permukaan air, merenungkan perjalanan hidupnya dan keputusan Sarah. Dalam keheningan itu, Putra mulai menyadari sesuatu yang penting: meskipun Sarah telah pergi, kenangan dan cinta yang mereka bagi tetap menjadi bagian dari dirinya.
Putra mulai memahami bahwa menerima kehilangan bukan berarti melupakan atau menghapus kenangan, tetapi menghargai apa yang pernah ada dan melanjutkan hidup dengan hati yang lebih kuat.
Di penghujung cerita, Putra duduk di bangku taman yang sama, namun kali ini dengan perasaan yang berbeda. Dia menatap senja yang indah dan merasakan kehangatan kenangan bersama Sarah. Meski masih merasakan kesedihan, dia mulai menemukan kedamaian dan penerimaan dalam hatinya. Dia menyadari bahwa meski kehilangan itu menyakitkan, kehidupan tetap harus berjalan dan dia harus belajar untuk menghargai setiap momen yang ada.
Senja di kota itu menjadi saksi dari perjalanan Putra dalam menerima kehilangan dan menemukan makna baru dalam hidupnya. Meski kota terus bergerak dengan kecepatan yang tak terduga, di dalam hatinya, Putra menemukan ketenangan yang selama ini dia cari. Dan setiap kali senja tiba, Putra merasa seolah-olah ia sedang pulang, membawa kenangan dan kedamaian bersama senja.
---by oka
4 Agustus 2024